24-04-1948

Dear Papi..
Kemarin ulang tahun Papi yang ke 63 dan 6 tahun sudah kita tidak merayakannya bersama. Tahun ini kita kedatangan anggota keluarga baru, Pih :). Seorang jagoan bernama Mika. Andai Papi masih ada, sekarang Papi dikelilingi oleh pria-pria kecil yang setiap saat akan menyibukkan hari-hari Papi.
Beberapa minggu yang lalu Jo pulang ke Bandung. Ingin rasanya mengenalkan Mika pada Opanya, diajak bermain dan ditimang-timang menjelang tidur seperti yang Papi lakukan dulu. Walaupun sekarang Papi sudah tidak lagi bersama kita, Jo akan memperkenalkan dan menceritakan pada Mika sosok Opanya yang sangat Jo sayang dan Jo banggakan.
Maaf ya Pih, Jo sudah lama tidak datang ke makam Papi :(. Biasanya dalam setahun beberapa kali Jo pasti kesana, apalagi kalau Lebaran. Tapi Jo akan selalu mendoakan Papi dari sini. Semoga Jo bisa kesana dengan seluruh keluarga seperti biasanya.
Happy birthday dear Papi..
I love you, always..

Posted with WordPress for BlackBerry.

The New Mom Goes Blue

Kalau ditanya kesiapan saya untuk memiliki anak, pasti akan saya jawab sangat-sangat siap. Melihat pengalaman kakak dan adik saya yang sudah dahulu punya anak, membuat saya yakin kalau saya pasti bisa seperti mereka. Menjalani tugas sebagai ibu yang mungkin tidak sesempurna ibu saya tapi setidaknya bisa mendekati.
Rasanya semua sudah saya siapkan menjelang kelahiran Mika; baby stuff, tas besar yang sudah disiapkan untuk dibawa ke rumah sakit, dan lain-lain. Yang tidak saya siapkan adalah mental setelah melahirkan. Gimana mau mikir sampe kesana, kapan pun hari H itu tiba, yang ada dipikiran saya adalah betapa bahagianya saya nanti bisa melihat dan menyentuh anak yang saya kandung selama 9 bulan lebih. Yang orang bilang siap-siap aja begadang, ini itu setelah melahirkan tidak terlalu saya pikirkan, karena itu memang sudah paket pelengkap setelah bayi lahir.
3 hari menuju hari H, saya mulai ngerasain kontraksi. 3 kali saya dan sang suami bolak balik rumah sakit untuk diobservasi yang berujung harus pulang ke rumah karena belum ada pembukaan. Dokter nyuruh saya untuk banyak istirahat dan relax. Bukannya enggak mau dengerin apa yang dokter bilang, mungkin saya agak panik dengan sensasi yang saya rasakan saat itu sehingga ngebuat saya enggak bisa tidur dengan nyenyak malah hampir tidak tidur.
Benar aja, di hari H saya enggak bisa fokus dan hampir kehabisan tenaga. Mami dan suami saya enggak henti-hentinya membuat saya tenang, walaupun banyak gagalnya hehehe. Alhamdulillah saya bisa melahirkan normal walaupun harus diinduksi melalui infus pas pembukaan 8.
Sebenernya enggak ada yang salah, semuanya berjalan sesuai yang saya harapkan, sampe saya dipindahkan ke kamar. Setelah melahirkan saya bisa melakukan Inisiasi Menyusi Dini (IMD). Keyakinan dan niat saya untuk menyusui Mika terjawab, dihari pertama kolostrum sudah ada dan saya sudah bisa langsung menyusui Mika. Sayangnya kondisi saat itu saya benar-benar kurang tidur, tapi mau enggak mau saya harus menyambut siapapun yang datang. Dari dokter dan suster yang berdatangan secara bergantian untuk memberikan berbagai pengetahuan, baik itu dokter anak, suster yang in charge maupun yang mau ganti shift, dokter laktasi, dan dokter kandungan yang menangani saya. Apapun yang mereka sampaikan, saya hanya bisa menganggukan kepala dan tersenyum. Saya benar-benar mencoba untuk menyerap dan mengingat apa yang mereka sampaikan. Ingin rasanya bertanya, tapi saya bingung menyusun kalimatnya. Jangankan berpikir, untuk mengontrol tubuh saya saja rasanya berat seperti melayang-layang. Belum lagi tamu..
Semua orang bahagia dengan kedatangan Mika didunia ini, terutama saya. But the new mom need just as much attention as that cute baby and she need some sleep. Saya tau semua wanita rentan terkena baby blues syndrome setelah melahirkan. Dulu saya pernah baca dan tau bagaimana melewatinya. Tanpa disadari, sindrom itu mampir pada diri saya dan saya enggak tau gimana melewatinya.
Saya menjadi sangat emotional, protective, no appetite, worried about being a good mother, and feel exhausted. Saya baru sadar ada yang salah pada diri saya di hari kedua. Kejadiannya masih di rumah sakit, waktu itu setelah menyusui Mika, entah kenapa Mika nangis. Kalau digambarkan apa yang saya pikirkan saat itu, enggak ada. Saya langsung naro Mika di atas tempat tidur dan hampir aja saya tinggalin. Untung saya langsung sadar dan seperti dapat teguran, saya diingatkan lagi dengan berbagai kejadian untuk bisa punya anak. Dari melewati masa-masa keguguran, recovery, masa-masa penantian bisa hamil. Lalu saya melihat betapa tak berdayanya bayi mungil di depan saya yang saat ini butuh pelukan dan kasih sayang ibunya. Fyuuh.. saya benar-benar butuh istirahat dan waktu berduaan dengan Mika.
Pregnancy, childbirth, and breastfeeding are NOT easy. Dimasa penting seperti inilah yang dibutuhkan adalah dukungan bukan pertanyaan atau bahkan kritikan. Buat saya, walaupun tidak mudah saya mencoba dan belajar untuk lebih menikmatinya supaya terasa mudah. Untuk para wanita kalo ketemu pertanyaan-pertanyaan aneh tentang kehamilan dan breastfeeding semua itu ada teorinya. Jangan males untuk baca berbagai informasi tentang semua itu dan sharing sama orang yang nyaman buat kita berbagi, supaya kita punya alasan untuk bilang kenapa kita maunya begitu. So you can do the right thing while a thousand opinion flying at you.
Yang paling terasa berat adalah dua minggu pertama. Waktu itu Mika sempet kuning otomatis membutuhkan perhatian dan ASI yang lebih, belum lagi mata kanannya belekan karena saluran pembuangan dimatanya belum sempurna (kalo enggak salah teorinya begitu :D), kayak ada lemnya jadi Mika agak susah buka matanya. Lalu yang terakhir yang paling membingungkan dan bikin saya nangis sesenggukan adalah setiap Mika tidur badannya goyang-goyang yang saya kira dia kejang. Saya mikirnya udah jauh banget. Setelah ke dokter anak semuanya terjawab dan bikin saya sedikit berhenti nangis :). Sebelumnya saya udah kepikiran dan nangis bombay bakalan terpisah dari Mika karena dia harus disinar beberapa hari, ternyata tidak semua bayi kuning harus disinar. Lalu gerakan ketika tidur itu kata dokter namanya Jitter dan itu enggak apa-apa. Untuk first time parents hal-hal kecil aja bisa jadi hal yang besar, belum lagi ditambah baby blues sebagai pelengkapnya.
Perasaan yang lagi aneh-anehnya saat itu ditambah dengan keberadaan sang suami tampak seperti orang asing bagi saya, apalagi setelah sang suami habis masa cutinya dan mulai bekerja. Dari pagi sampe malam, hari-hari saya hanya ditemenin Mika. Suami pulang sekitar jam 8 malam, jam 9 malam saya mulai tertidur setelah menyusui Mika. Otomatis waktu saya untuk berinteraksi langsung dengan suami sangat singkat sekali bahkan bisa dikatakan hampir tidak ada. Semenjak itulah saya melihat perubahan pada dirinya. Sebenernya bukan suami saya yang berubah, tapi setiap suami pulang kantor pasti hati saya ngomong, “kok dia jadi gede banget ya??!!”. Secara visual saat itu saya melihat suami saya kayak raksasa dengan kepala yang gede banget dan penuh kuman :D. Saya jadi takut kalau dia ngedeketin Mika. Pernah disuatu malam Mika terbangun dan nangis karena laper. Sang suami ikut terbangun dan hanya bisa terduduk diujung tempat tidur sambil ngeliatin saya. Waktu saya mulai menyusui Mika, saya terheran-heran ngeliat sang suami. Entah dari kapan mukanya bengkak-bengkak, agak bercampur aduk perasaan waktu itu, antara geli liat mukanya yang bengak sama ngerasa gagal jadi istri karena sekarang perhatian ke suami bener-bener berkurang sekali. “Sayangku, kenapa itu mukanya bengkak? Abis makan apa?,” tanya saya ketus. Sang suami bingung dan langsung ngaca, dengan seksama dia merhatiin tiap detil wajahnya. “Enggak ah,” jawabnya. Lalu saya merhatiin lagi mukanya yang makin deket jaraknya sama tempat saya menyusui. Tuh kan bener dalam hati saya, mukanya emang bengkak kayak disengat tawon. Pipinya yang kanan lebih bengkak dibanding yang kiri, suami saya enggak percaya banget dikasih tau sampe saya kesel ngasih taunya. Ternyata malam itu saya berhalusinasi. Duh enggak banget deh. Sekarang sih kalau lagi inget kejadian itu, suka jadi bahan ledekan sang suami :p.
So, perhatikan dan persiapkan segala sesuatunya sebelum melahirkan dan setelah melahirkan, setidaknya buat menghindari baby blues:
– MENTAL
– Diskusikan dengan pasangan hal yang harus dilakukan dan tidak selama di rumah sakit demi kenyamanan bersama.
– Berlakukan jam besuk. Wanita yang habis melahirkan membutuhkan waktu untuk beristirahat yang tidak sedikit. They need some times to recovery. Siapa yang tidak senang dengan ucapan selamat dan taburan hadiah yang didapat dari tamu, tapi kesenangan itu akan berubah jika waktu istirahat hampir tidak ada.
– Selalu berikan dukungan kepada calon ibu dari sebelum sampai sesudah melahirkan. Do not try to criticize them, it’s better show them how to in a good way.
– Akan lebih baik dan memudahkan ibu baru jika ditemani ibu atau siapapun yang bisa membantunya setelah tiba dirumah dalam menangani bayi dan tentu saja cucian bayi yang menumpuk :D.
– Try to enjoy every moment and do not over thinking.
– Get ready to expect the unexpected 🙂

Enter your email address to follow this blog and receive notifications of new posts by email.