Idul Fitri 1430 H

Tahun ini saya banyak menjalani rutinitas yang berbeda. Suatu perubahan yang sangat menguras tenaga, emosi, air mata (lebay ahh!!), kesabaran extra, waktu tidur, dan kedewasaan (apalah itu namanya :-)).

Pertama, saya melewati bulan Ramadhan hanya berdua dengan suami. Kalau dulu semasa saya masih single and not happy (karena kurang belaian kekasih alias tidak punya kekasih.. ahh ada ko cuma beda planet aja hehehe..), menjalani ibadah puasa selalu dengan keluarga. Segalanya mami yang menyiapkan, dari makan buat buka sampe sahur. Sekarang dari buka sampe sahur, saya menyiapkan sendiri hidangannya untuk disantap suami dan saya juga tentunya. Hal yang membuat saya berasa sedih adalah karena jauh dari keluarga. Tidak semudah membalikkan tangan kan membiasakan diri pada suatu keadaan yang tidak biasa?

Yang kedua, Lebaran tahun ini saya harus menyebrangi lautan dan keluar dari pulau Jawa. Istilah lainnya MUDIK. Acara mudik ini akan menjadi rutinitas ditahun-tahun berikutnya buat saya. Sebelumnya saya mana pernah mudik. Pernah sih mudik tapi itu 21 tahun yang lalu. Bukannya sombong engga mau pulang kampung. Tapi ayah saya yang selalu ditempatkan kerja di tempat-tempat yang jauh dari kampung halamannya, membuat saya dan keluarga saya tidak mudah untuk mudik. Kalau pulang kampung ke tempat ibu saya juga engga mungkin, saya dan keluarga bisa lebaran sendiri di sana (Keluarga ibu saya di Manado berbeda keyakinan dengan keluarga saya.. you know what I mean). Nah setelah sekian lama akhirnya saya harus mudik, ikut suami saya pulang kampung ke Lampung. Perjalanan yang panjang dari Yogya-Bandung-Lampung-Bandung-Yogya. Seru dan terasa capek setelahnya hehehe.. Serunya bisa lihat pemandangan Indonesia dari darat dan dari laut (asiiik bisa naik kapal feri setelah sekian lama :-D). Capeknya karena sekarang punya rutinitas baru yang memerlukan perjalanan panjang tersebut, jadinya belum terbiasa..

Merayakan lebaran tidak bersama mami dan saudara-saudara kandung lainnya, tentu terasa sedih banget. Hari pertama lebaran kerjaannya menahan tangis yang siap keluar kapan pun. Dulu sebelum menikah, saya sempet terpikir hal yang kaya gini. Setelah merasakannya langsung, duuuh peralihan yang besar banget buat saya. Merayakan lebaran dengan keluarga suami lalu bersilahturahmi dengan saudara-saudara lainnya yang sebagian baru saya temui hari itu, wow it’s a new adventure.. Saya yang pemalu dan sedikit pendiam ini agak-agak susah masuk dalam setiap pembicaraan, selain “roaming” karena mereka menggunakan bahasa Padang atau Lampung, saya juga kalah cepat dalam berbicara (sayang saya tidak dilahirkan menjadi seorang komunikator yang baik, saya lebih ditakdirkan menjadi pendengar yang baik. Jadinya kerjaan saya disana cuma ngedengerin dan ikutan ketawa kalau ada yang lucu dan kebetulan saya ngerti bahasanya). Perubahan besar yang terjadi ditahun ini memang memberikan banyak pelajaran buat saya, agar lebih menerima dan menikmati setiap perjalanan saya sebagi istri (wuiiiih mulai meninggi bahasanya :-P..). Tapi sekali lagi saya bersyukur punya suami, mama (baca: mertua), dan adik-adik ipar ย yang super baik dan selalu memberikan keceriaan juga menerima kehadiran saya di antara mereka (keluarga suami saya juga terbiasa berempat, sekarang ada penyusup satu, yaitu SAYA hehehe..)

Tidak berbeda dengan hiburan keluarga lainnya, untuk mengisi liburan dan menambah kebersamaan, saya dan suami sekeluarga pergi menikmati pesona pantai Mutun di Lampung. Pertama kali kesana buat saya tentu saja, oleh sebab itu saya salah kostum.. Baru kali itu saya pergi ke pantai pake baju semi muslim (gara-gara sang suami ingin melihat saya mengenakan baju semi muslim putih yang baru saja dibeli). Tapi ada gunanya juga, saya terhindar dari teriknya matahari :-).

saltum = salah kostum = fashion victim.. lol

saltum = salah kostum = fashion victim.. lol

Pre-Honeymoon yang entah kapan Honeymoon-nya bakal terlaksana ๐Ÿ™‚

Setelah seminggu di Lampung, saya dan suami kembali lagi ke Bandung. Selain mengantar adik ipar saya yang merantau di Bandung, sekalian bertemu keluarga saya (yippiiie!!). Seperti yang saya bilang sebelumnya perjalanan ini menguras tenaga, selama perjalanan suami saya yang nyetir dan saya menemani di kursi sebelahnya. Menemani enggak harus ngajak ngobrol kan? Yang penting fisik saya ada disebelah dia. Saya kan harus jaga fisik.. tidur kan enggak salah. Suami saya bilang, selama perjalanan dia kaya lagi bawa batang kayu hahaha.. dari Bandung ke Yogya aja, tiap dua jam sekali saya tertidur. Dari posisi meluk bantal sampe posisi duduk tapi memalingkan muka supaya tidak ketahuan suami kalau saya lagi tidur, sudah dilakukan :-). TETEP AJA KETAHUAN. Harus cari cara lagi nih biar bisa tidur aman tanpa ketahuan (garuk-garuk kepala sambil mikir).


Selamat Hari Raya Idul Fitri 1430 H

Minal Aidin Wal Faidzin

Mohon Maaf Lahir dan Batin.. ๐Ÿ™‚


Enter your email address to follow this blog and receive notifications of new posts by email.